Berapa dan Bagaimana Sistem Penggajian Sopir Bus Malam?

Menjadi sopir bus termasuk profesi yang saya cita-citakan semenjak kecil, dulu dalam benak saya merasa bahwa menjadi sopir bus itu enak, setiap hari dapat uang,makan selalu di restoran dan diberikan tempat khusus, setiap hari naik mobil, pokoknya saya selalu membayangkan yang enak-enak saja,tidak pernah terbayangkan resiko yang harus di hadapi sang sopir bus ketika menjalankan bisnya di jalan raya, lalu berapakah dan bagaimana sopir bus di gaji? berikut ini adalah model / sistem penggajian Perusahaan Otobus terhadap Crewnya:




1. Sistem Premi Plus Dropping

Dengan sistem ini Crew (Driver dan Kenek) dibayar sejumlah uang tertentu untuk setiap satu rit ataupun satu PP. Tidak tergantung jumlah penumpang berapapun Crew menerima jumlah uang yg sama untuk tiap rit /PP rute perjalanan yg sama. Misalnya Sopir dapat 200 rb, Kenek dapat 100 rb.

Sistem ini biasanya digabung dengan sistem Dropping yg meliputi Uang BBM, Toll, TPR (Retribusi Terminal). Sistem ini banyak diterapkan PO Bis Malam pada masa krisis kemarin.
Dengan sistem Premi dan Dropping ini biasanya Crew suka berhemat solar supaya ada sisa uang Dropping yg masuk ke kantong mereka sebagai tambahan. Akibatnya bus berjalan lemot, tapi mesin, ban dan spare parts jadi awet.

PO yg menerapkan sistem ini biasanya mengharamkan sarkawian

2. Sistem Premi Murni.

Sistem ini pada dasarnya sama dengan sistem di atas, bedanya uang solar tidak dipatok sehingga berapapun biaya BBM dibayar perusahaan. Crew tinggal menjalankan kendaraan.

Akibatnya bis akan ngejozz. Ban dan mesin cepat aus. Tapi penumpang puas. Sistem ini juga banyak dipakai di bus malam yg suka ngejozz. Dengan sistem ini, biasanya PO melarang keras segala bentuk sarkawian.


3. Sistem Setoran.

Sistem ini lazim dipakai di bus bumel abal-abal (odong-odong) . Si pemilik bus menetapkan uang setoran sejumlah tertentu untuk setiap satu PP.

Crew tidak dibekali uang tapi cari uang sendiri. Crew hanya dibekali bis dengan solar penuh saat berangkat dan Crew harus membawa bus kembali ke garasi dengan solar penuh (dibayar oleh Crew) plus menyerahkan uang setoran yg disepakati.

Perusahaan tidak peduli berapa banyak uang yg didapatkan Crew selama perjalanan yg penting pulang dengan setoran penuh dan solar penuh. Sebagian bus malam ada juga yg menerapkan sistem ini, sehingga jangan heran kalo banyak penumpang sarkawian.

Bus setoran rata2 cepat rusak karena Crew asal bawa aja, yg penting setoran terpenuhi dan ngantongi uang sebanyak-banyaknya dengan cara yg kadang tidak etis (misalnya memeras / menipu penumpang)


4. Sistem Komisi dengan Target.

Dengan Sistem ini Crew mendapatkan uang komisi (persentase) tertentu berdasarkan jumlah penumpang / jumlah uang yg didapatkan setiap rit / setiap PP dengan target tertentu. Misalnya kalo dapat 1 juta maka Crew dapat 15 persen, kalo dapat lebih maka kelebihannya itu komisinya 10 persen.

Sistem ini lazim dipakai bis bumel dan Patas yg mempunyai nama / reputasi bagus.

Dengan sistem ini Crew biasanya berusaha mengejar target yg ditentukan. Bahkan sebisa mungkin bisa melebihi target penumpang yg ditetapkan agar bisa mendapatkan komisi lebih besar


5. Sistem Komisi Murni.

Sistem ini lazim dipakai oleh bus Wisata. Crew mendapatkan komisi sekian persen dari tarif yg dikenakan untuk satu hari sewa. Misalnya harga sewa per hari 3 juta maka crew mendapatkan sekian persen dari harga / tarif tersebut. Umumnya crew lebih senang bila tujuan wisatanya lebih jauh dan hari sewanya lebih panjang karena pendapatannya akan makin banyak pula.

Crew tidak perlu mengejar target karena ongkos sewa sudah ditetapkan perusahaan. Crew tinggal mendapatkan persentasenya saja. Biaya BBM ditanggung perusahaan (bisa dengan sistem dropping atau dilos)
 
6.Sistem Komisi Tidak Murni.


Sistem ini juga lazim diterapkan di bus wisata. Crew mendapatkan misalnya 60 persen dari uang sewa, sementara perusahaan mendapatkan 40 persen. Seluruh biaya BBM selama perjalanan dibebankan kepada Crew.

Dengan sistem ini bis wisata akan berjalan lemot agar hemat BBM (pengeluaran diirit-irit)

7. Sistem Gaji Tetap Plus Komisi atau Gaji Tetap Tanpa Komisi.

Sistem Gaji Tetap tanpa Komisi misalnya diterapkan di busway. Crew ibaratnya sopir pribadi / perusahaan yang hanya terima gaji sesuai kesepakatan.

Sistem Gaji Tetap dengan Komisi diterapkan oleh beberapa PO Wisata, dimana selain dapat Gaji Tetap Crew juga mendapatkan komisi sekian persen ketika bisnya disewa. Bila bisnya tidak jalan maka Crew hanya dapat gaji bulanannya saja.

Begitu kurang lebih sistem penggajian yang berlaku di PO-PO yg ada di Indonesia.

Di lapangan sering terjadi kekaburan / kerancuan penggunaan istilah Premi dan Komisi, tetapi intinya kurang lebih seperti yang saya jelaskan di atas.

Sumber : https://www.facebook.com/notes/bismania-community/
.
.

Share :

Facebook Twitter Google+
Back To Top