Memiliki nama besar di dunia bus pariwisata dan antar jemput karyawan,
tak berarti mudah masuk ke jalur bus trayek antar kota antar propinsi.
Jatuh bangun harus dirasakan PO Laju Prima, salah satu sayap bisnis Hiba
Utama Grup di jalur antar kota. Diperlukan waktu dua tahun untuk
menarik perhatian pelanggan. “Kami mencari jalur yang mudah, yakni
trayek jarak dekat di seputar Jakarta sebelum mencoba masuk ke trayek
bus malam,” kata Manajer Operasional PO Laju Prima Ossy Sutedja.
|
Sumber: www.bismania.com |
Menurut Ossy, akhir tahun 1990-an, pimpinan Hiba Utama Krisna Hidayat,
mencoba mengembangkan usaha transportasi bus yang sudah berdiri sejak
1949. saat itu, kata dia, pilihannya mengembangkan usaha pada jalur bus
antar kota. Ada PO Laju Utama, PO Laju Prima dan PO Bela Utama yang
menjadi perintis jalur antar kota.
|
Sumber Gambar: lajupimafansclub.blogspot.com |
Bermodalkan armada milik Hiba Utama Pariwisata, lanjut Ossy, PO Laju
Prima mulai melayani Merak-Bandung dan Merak-Kampung Rambutan di tahun
2002. Langkah ini diambil menyusul pembukaan jalur Sukabumi-Pulogadung
di tahun 2000 menunjukkan respon positif. Cara ini cukup strategis,
dengan jarak tempuh yang dekat, dan armada warisan perusahaan induk,
modal yang dikeluarkan relatif murah untuk sebuah insvestasi awal.
Kematangan manajemen Hiba Utama mengelola anak usahanya terlihat dalam
mengelola bus bertrayek antar kota. Dengan jarak yang pendek, mereka
bisa mengoperasikan berapapun armada yang dibutuhkan, karena relatif
mudah dikelola.
|
Sumber Gambar: buslovers.com |
Untuk bus bertrayek jauh, Ossy mengaku pihaknya menerapkan strategi
berbeda. Meski bisa menggelontorkan armada dalam jumlah besar di satu
trayek, mereka memilih melihat respon pelanggan di jalur yang mereka
layani. “Kalau kami menerjunkan bus dalam jumlah banyak di satu trayek
yang kami layani, akan banyak masalah. Salah satunya, penerimaan
pengemudi tidak selektif karena tuntutan bus harus beroperasi. Kami
tidak ingin tergesa-gesa,” ujar Ossy.
|
Sumber Gambar: elleven-gallery.blogspot.com |
Ossy mengungkapkan, kegagalan pernah mereka alami saat trayek
Jakarta-Padang dan Jakarta-Palembang baru dibuka pada tahun 2002. Tak
sampai setahun mereka menutup jurusan Jakarta-Padang akibat terhantam
tarif pesawat murah. Jalur ke Jawa Tengah dan Jawa Timur yang mereka
rintis juga terhitung jatuh bangun. Akibatnya, armada yang sudah
terlanjur dialokasikan harus dipindahkan ke trayek lain yang masih
memiliki peluang.
|
Sumber Gambar: adhityadwikristanto.wordpress.com |
Penambahan armada juga dilakukan dengan mempertimbangkan permintaan dari
pelanggan. Menurut Ossy, penambahan tak akan dilakukan jika respon
pelanggan jauh dari positif. Kejelian melihat peluang juga menjadi modal
tersendiri. Trayek Bandung-Jambi misalnya, dipilih mengganti
Jakarta-Padang karena angkutan bus relatif bisa bersaing khususnya dari
sisi tarif. Kini setelah lebih dari sepuluh tahun beroperasi, PO Laju
Prima melayani sedikitnya 30 trayek dengan jumlah armada yang dimiliki
lebih dari 100 unit bus.
Sumber:
http://andrienuno.blogspot.com
.
.