Supir bis biasanya punya "bahasa" khusus menggunakan isyarat lampu / sen / klakson,
Saat sein kiri dinyalakan (pengecualian untuk belok kiri)
Bila ada yang overtaking dari depan memberitahu kendaraan didepan bahwa posisi nya sudah berada pada sisi paling kiri (maaf bukan mempersilakan masuk untuk kendaraan di depannya...), itu sebabnya kendaraan yang crash dari depan akan segera mengambil lajur yang sebenarnya kalau tidak dikasih oleh
kendaraan yang disalip biasanya akan memaksa masuk alias dipepet habis....
Memberikan signal buat kendaraan di belakangnya agar posisi nya tidak melebihi sisi paling kanan bis tersebut atau dengan kata lain bodi sebelah kanan maksimal sejajar dengan bodi kanan bis tersebut. Karena pada umumnya driver selalu agak condong kekanan untuk mempunyai ruang pandang yang cukup sewaktu bermaksud overtaking.
Sumber Gambar : www.karoseri.id |
Kurang lebihnya memang begitu yang penting jangan sampai terbalik membacanya karena bisa fatal. Mestinya rule pantura ini lebih disosialisasikan misalnya melalui defensive driving agar tidak punya persepsi sendiri-sendiri sehingga bisa membuat celaka bagi "warga pantura baru" terutama malam hari dan yang jelas kita acungi jempol buat penggagas rule yang belum didokumentasikan tapi sudah banyak yang mematuhinya. Salut buat driver-driver bis malam yang selalu rajin nge sein dengan mengedepankan kepentingan kendaraan
lain...
Sebagai tambahan informasi, kalau kita mengerti isyarat lampu sein kiri tersebut, misalnya kita berada di urutan belakang 5 bus malam. Jika pada posisi berpapasan (istilah driver :'crash') bus urutan 1 akan menyalakan sein kiri, diikuti bus 2 dan seterusnya sehingga bus paling belakang akan waspada bahwa bus 1 sedang posisi 'crash'. Ini sangat membantu iring-iringan pada jalan penuh tikungan, misalnya :
Alas Roban.
Dari pengalaman saya menjalani Pantura, paling safe adalah berjalan dibelakang Bus malam yang rajin menyalakan lampu sein...
Biasanya hazzard lamp (istilah driver : Lampu segitiga, karena pada MB tombolnya merah dan berlabel segitiga putih) digunakan dalam situasi darurat, berhenti mendadak, masuk Rumah Makan atau SPBU. Salah satu sopan santun di Bus Malam adalah dilarang menyalip dengan lampu dim/lampu besar. Tapi kalau di jalan tol pada saat hujan kadang ada yang konyol. Nggak semua sih, cuma satu dua aja. Kalau pas hujan deras malah menyalakan hazard. kalau begini mau ngekor susah. itu bis jadi gak keliatan mau
goyang ke mana,mau ke kiri atau ke kanan, hanya sopirnyadan Tuhan yang tahu
Dalam kebudayaan para driver bus,kalau mereka bisa mengejar teman yang
didepan biasanya tidak disalip tapi didorong dengan menggunakan lampu dim. dim juga dugunakan untuk minta jalan (mau nyalip), atau juga isyarat terimakasih (2 kali dim pendek / 1x klakson pendek) setelah diberi jalan untuk menyalip.
Hal
lain misalnya posisi di jalur 4 yang tidak ada trotoar tengah nya, ketika mau menyalip tapi ada truk pasir ato container di depannya, caranya nya tidak asal
masuk tapi bagian depan sedikit nongol kasih tau dulu,begitu
truk nya ada indikasi minggir ke kiri baru masuk, trus setiap
ketemu 2 lajur dibelakang bis yang ngerti (karena Sinar Jaya, Dewi
Sri, apalagi Luragung hampir jarang melakukan nya) biasanya kasih sen
kiri jika berpapasan dengan kendaraan di depan nya
kalo untuk dim biasanya untuk minta jalan (mau nyalip), atau juga isyarat terimakasih (2 kali dim pendek / 1x klakson pendek)
setelah diberi jalan untuk menyalip.
Untuk lampu sen, ada macam2:
Jika berpapasan dengan kendaraan di depannya, menghidupkan lampu sen kiri itu bisa :
a. memberitahu kendaraan yg berpapasan dengan kita bahwa kita tetap di jalur kita
b. kita mau ngalah untuk mobil yang berpapasan dengan kita, contoh kalau kita lagi di blong dari depan, sen kiri berarti kita ngalah , silahkan mobil depan ngeblong
c. kita kasi tau mobil di belakang kita bahwa di depan kosong dan silahkan menyalip kalo mau (dan kalau bisa )
d. mau belok kiri .. ya iyaaallaaaahhhh ....
Jika berpapasan dan kita hidupkan sen kanan , bisa:
a. kita kasih tahu ke mobil yang papasan dengan kita batas kanan kita seberapa, ini di gunakan biasanya di jalan yang berkelok-kelok
atau jalan yang sempit.
b. memberitahu mobil dari depan bahwa kita tidak mau di blong ...
c. kita memberitahu mobil di belakang kita bahwa di depan ada mobil yg papasan, jadi jangan nyalip!
"bahasa" ini benar-benar tergantung dengan kondisi dan pemahaman pengemudi ..tapi memang ada kode etik tertentu yang berlaku pada pengemudi, yang berhubungan dengan toleransi berkendara.
pernah naik bis yang nempel ketat bis didepannya? nah pada saat bis didepan kita menyalip dan bis kita ikut nyalip,bis depan kita biasanya setelah nyalip langsung ambil kiri, ini gunanya biar bis kita (atau bis yang dibelakang dia) bisa ngeliat apa yang ada di depannya, jadi memberi ruang tembak eh ruang pandang ..
Hati-hati kalau suka ngekor, mendingan kalau mau ngekor suka bermain sama sein-sein begitu kita ikut ngekor dan ternyata kita tekor.....gak dapet, dibukain jalan dulu deh....sama mereka, asal kita juga ikut pake sein ala mereka..tapi mending ngalah biar kita selamat sampai di rumah,tidak usah dilawan kalau sein kanan bis sudah berkedip dan kepala agak serong ke kanan pertanda dia ingin mendahului kendaraan di depannya. Kalau memang dirasa ada ruang untuk kita bisa
menepi kenapa tidak? Nyawa dan keluarga lebih berharga lho mas...
Tips aman berada di belakang bis, disamping kita memperhatikan tanda-tanda sein / signal adalah MENJAGA JARAK AMAN itu saja kuncinya Kalau memang mau menuruti hawa nafsu, kita harus berpikir dan mempertimbangkan seberapa safety nya kendaraan yg kita bawa dari mulai akslerasi, rem dan kekuatan mesin kita untuk bisa mendahului / mengekor bis yang berada di depan kita.
Yang penting konsentrasi dan patuhi rambu-rambu di jalan. Perlu diingat bahwa sopir-sopir bus malam itu memang hidupnya di jalan dan hampir tiap hari lewat jalan yg sama jadi tentu beda "feeling" sama
"touch" nya dengan kita-kita yang "newbie".
Semoga bermanfaat.
Sayangi nyawa Anda.
.
.